ALASAN 4, Mengapa Orang diRuqyah Kesurupan Jin ? Ancaman Yang Mengelilingi


Firman Allah SWT. Qur’an Surat al-A’rof/ayat 7/16-17.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ(16)ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, – kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at). QS:7/16-17.

Oleh karena Iblis menolak perintah Allah Ta’ala sujud kepada Nabi Adam as, maka Iblis mendapat laknat, “Tersesat untuk selama-lamanya”. Iblis dengan seluruh kekuatan dan bala tentaranya kemudian menjawab hukuman tersebut dengan menyampaikan ancaman untuk Nabi Adam as. dan anak turunnya. Alloh mengabadikan ancaman tersebut dengan firman-Nya: “Saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, – kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at). QS:7/16-17)”.

Sejak saat itu genderang perang sudah ditabuh, sejak itupula perang telah terjadi dimana-mana bahkan sampai hari kiyamat nanti. Yang menjadi korban pertama adalah Nabi Adam as. Beliau diturunkan dari kemuliaan abadi di surga ke dalam lembah kehinaan di dunia. Allah Ta’ala juga telah memberi peringatan kepada anak manusia dengan firman-Nya:

يَابَنِي ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”.QS:7/27.

Medan peperangannya berada di dalam rongga dada manusia. Tujuannya supaya manusia tidak mampu bersyukur kepada Allah Ta’ala, sehingga menjadi manusia yang kufur nikmat yang akhirnya akan hidup bersama-sama Iblis dan bala tentaranya di Neraka Jahannam untuk selama-lamanya. Wal’iyaadzu Billah.

Dalam mengantisipasi ancaman tersebut dan secara khusus dihubungkan dengan pelaksanaan Ruqyah, maka timbul dua pertanyaan:

1. Mengapa justru orang yang rajin beribadah yang mendapat perhatian serius dari ancaman setan Jin, bukan orang-orang yang sedang berbuat maksiat …?.
2. Bukankah yang dibaca dalam palaksanaan ruqyah itu adalah ayat-ayat yang telah dijaga oleh Allah Ta’ala dengan suatu pernyataan firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. QS:15/9.

Jawaban pertama: Karena orang yang rajin beribadah adalah orang yang berada di jalan lurus atau jalan menuju surga, maka mereka itulah musuh-musuh utama setan Jin. Terhadap ahli ibadah tersebut setan tidak menghalangi supaya mereka meninggalkan ibadahnya, karena hal tersebut merupakan pekerjaan yang berat, akan tetapi supaya tujuan ibadah itu berbelok arah, tidak menuju ke surga lagi melainkan menuju kehancuran manusia. Dengan ibadah yang dilakukan, tanpa disadari pelakunya digiring setan jin untuk memperturutkan hawa nafsunya hingga terjebak berbuat maksiat. Dalam arti tidak melaksanakan perwujudan rasa syukur atas kenikmatan, tetapi ibadah itu hanya dijadikan sarana untuk meminta dan menuntut saja. Itulah tugas utama setan jin sebagai tentara-tentara Iblis yang sangat setia, dalam urusan itu mereka sangat terlatih. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari kejahatan setan yang terkutuk.

Ketika ibadah dilakukan tanpa bimbingan guru ahlinya, maka kerapkali ibadah tersebut justru menjadi penyebab orang menjadi gila. Kalau bukan gila dalam arti kesurupan jin, ada gila yang lebih bahaya lagi dari itu, yakni gila dalam arti lupa diri atau gila hormat, gila pangkat, gila jabatan, gila dunia bahkan gila dipuji orang. Berangkat dari hal tersebut, supaya setan Jin dapat dengan mudah meracuni pola fikir serta merusak aqidah orang beriman, maka sasaran pertama yang dilakukan adalah merusak kesadaran manusia, melalui pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, ketika orang-orang ramai-ramai di”Ruqyah” ternyata hasilnya malah kesadaran mereka menjadi hilang dan kesurupan jin, maka penulis menyimpulkan, perbuatan tersebut identik dengan perbuatan setan jin.

Jawaban Kedua:  Al-Qur’an al-Karim memang terjaga bahkan sepanjang masa, baik secara batin melalui sistem penjagaan rahasia maupun secara lahir oleh hamba-hamba Allah yang sholeh yang di dalam dadanya menjadi tempat simpanan al-Qur’an. Mereka itu adalah para huffadz dan hafidzoh yang mulia, yang selalu dengan tekun menjaga hafalannya dengan ihlas semata-mata melaksanakan bentuk pengabdian hakiki kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu, bukan al-Qur’an yang harus dijaga, karena al-Qur’an sudah terjaga, melainkan orang-orang yang membacanya. Para pembaca al-Qur’an itu harus menjaga diri sendiri dari niat yang tidak benar, dari mengikuti kemauan nafsu syahwat terlebih dorongan hawa nafsu syaithoniah.
Apabila cara membaca itu hanya didorong oleh nafsu syahwat, maka bacaan itu tidak hanya dapat membantu makhluk jin menguasai kesadaran manusia saja, bahkan dapat menghancurkan langit dan bumi dan isinya. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan firman-Nya:

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ
Andaikata kebenaran (Al-Qur’an) itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. QS:23/71.

Jadi, hilangnya kesadaran ketika orang diruqyah itu barangkali hanya tujuan awal supaya setelah itu setan jin dapat dengan mudah memancarkan perintah rahasia langsung di hati orang yang pernah kesurupan jin tersebut, agar setelah itu kehidupan orang tersebut rentan terkena gangguan setan jin baik fisik maupun pikiran hingga cenderung terlena dengan kehidupan duniawi yang memabukkan. Kita berlindung dari tipudaya setan yang terkutuk.

Mengapa semua itu bisa terjadi ?? Karena sesungguhnya aktifitas kehidupan jin sangat dekat dengan manusia. Bahkan urat darah manusia menjadi jalan jin menuju hati, dan lubang-lubang pada anggota tubuh manusia jadi tempat istirahat dan tempat tidur jin. Sebagian jin bahkan bermalam di lubang hidung di saat manusia sedang tidur. Rasulullah saw. telah mengabarkan dengan sabdanya:

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيَاشِيمِهِ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Nabi s.a.w telah bersabda: Apabila seseorang dari kamu bangun dari tidur, hendaklah dia memasukkan air ke dalam hidung dan menghembusnya keluar sebanyak tiga kali karena sesungguhnya setan bermalam di dalam lubang hidungnya di saat manusia tidur .
•    Riwayat Bukhari di dalam Kitab Permulaan Kejadian hadits nomor 3052.
•    Riwayat Muslim di dalam Kitab Bersuci hadits nomor 351.
•    Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Bersuci hadist nomor 89.

Dan juga sabdanya:
حَدِيثُ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لِأَنْقَلِبَ فَقَامَ مَعِيَ لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ ابْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا
Diriwayatkan dari Sofiah binti Huyai r.a berkata: Pada suatu malam ketika Nabi s.a.w sedang beriktikaf aku datang menghampiri baginda. Setelah puas berbincang-bincang dengan baginda, akupun berdiri untuk pulang. Rasulullah s.a.w ikut berdiri untuk mengantarku. Tempat tinggal Sofiah adalah di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba datang dua orang Ansar. Ketika mereka melihat Nabi saw mereka mempercepatkan langkahnya. Lalu Nabi saw bersabda: Perlahankanlah langkahmu. Sesungguhnya ini adalah Sofiah binti Huyai. Kedua orang ansor itu berkata Maha suci Allah, wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda Sesungguhnya setan itu berjalan pada aliran darah manusia. Sebenarnya aku khawatir ada tuduhan buruk atau yang tidak baik dalam hati kamu berdua *
1.    Riwayat Bukhori di dalam Kitab I’tikaf hadits nomor 1894, 1897, 1898. – Etika hadits nomor 5751.
2.    Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4041.
3.    Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Etika hadits nomor 4342.
4.    Riwayat Ibnu Majah di dalam Kitab Puasa hadits nomor 1769.

Ketika ada sekelompok orang membaca dan mendengarkan ayat al-Qur’an dengan hati lalai karena cenderung mengikuti kehendak nafsu sambil pikirannya menerawang Jin karena takut dalam tubuhnya ada jin, terlebih lagi ketika tujuannya terkontaminasi kepentingan duniawi, baik pribadi maupun golongan, bahkan dengan bangga dan merasa paling benar sendiri hingga tidak segan-segan menyirikkan dan membid’ahkan amalan orang lain, maka secara otomatis sekelompok jin mendapat fasilitas untuk menguasai kesadaran mereka. Jin para penjaga manusia itu saling berebut mendapatkan point untuk dibanggakan kepada pimpinan mereka. Maka yang semestinya di dalam kesempatan lain pekerjaan untuk menguasai kesadaran manusia itu sulit dilakukan, di dalam pelaksanaan “Ruqyah” malah mendapat kemudahan. Terbukti dengan demikian mudahnya jin mengusai kesadaran mereka, sehingga seketika itu juga Jin menjadikan para pendengar yang khusu’ tersebut bergelimpangan bagaikan orang kena sihir. Berteriak-teriak seperti orang gila…. bahkan ada yang terkencing-kencing di tempat.

Mengapa perkerjaan mengerikan dan menjijikkan seperti itu dengan bangga mereka katakan mengobati orang sakit..?? Apakah para pelaku ruqyah itu tidak mengerti bahwa setelah orang kesurupan jin itu bisa berakibat menjadi orang berpenyakitan … ?? Dimana logikanya orang yang asalnya sadar menjadi kesurupan jin dikatakan mengeluarkan jin dari tubuhnya …?? Barangkali perlu ada perenungan terhadap pelaksanaan ruqyah tersebut, sebelum lebih banyak lagi orang jadi korban dari akibat ketidaktahuan ini.
Oleh Muhammad Luthfi Ghozali

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami

Advertise