Firman Allah Ta’ala Qur’an Surat al-Hijr/ayat 15/42. Qur’an Surat Shod/ayat
82/85. Qur’an Surat an-Nahl/ ayat 16/100
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ
سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,
kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat”.
QS:15/42.
Jika yang diklem sebagai Ruqyah itu termasuk katagori ibadah yang
dilakukan oleh hamba-hamba Allah, bukan mengikuti langkah setan hingga
pelakunya jadi sesat dan bukan pula perbuatan syirik, maka dengan pernyataan
firman Allah Ta’ala di atas, seharusnya wilayah kesadaran orang yang mendengarkan
ayat-ayat suci itu tidak dapat ditembus oleh kekuatan jin yang manapun meski hanya untuk menguasai
sesaat. Namun kenyatannya tidak demikian, orang yang diruqyah itu sedemikian
mudah kesurupan jin. Maka barangkali bacaan ayat-ayat yang dibacakan dalam
pelaksanaan “Ruqyah” itu sudah disusupi sihir setan Jin. Jika memang demikian,
maka para pelaku ruqyah tersebut tidak ubahnya seperti “tukang sihir” yang membaca
mantra hingga seketika pendengarnya bergelimpangan
kesurupan jin.
Bukankah
permainan kuda lumping keadaannya juga seperti itu..?. setelah
pimpinannya membaca mantra seketika para pemainnya kesurupan jin
hingga makan beling? Namun ada yang berbeda sedikit, jika kuda lumping
tontonan yang
mengasyikkan, “Ruqyah” tontonan yang mengerikan dan menjijikkan.
Di dalam firman-Nya yang lain Allah Ta’ala telah menegaskan pula.
Allah SWT. berfirman:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ
أَجْمَعِينَ(82)إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِين َ
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya, – kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. QS:82/85.
Iblis bersumpah di hadapan Allah Ta’ala akan menyesatkan seluruh anak
Adam kecuali hamba-hamba Allah yang hatinya ikhlas. Terhadap hamba Allah yang
ihlas itu sedikitpun setan Jin tidak dapat menembus benteng pertahanan yang
melindungi mereka. Demikian yang dinyatakan Iblis sendiri di hadapan Allah
Ta’ala yang telah diabadikan-Nya dengan firman-Nya di atas. Artinya, yang
menunjukkan kehebatan dari suatu pelaksanaan amal ibadah, manakala mendapat
perlindungan Allah Ta’ala dari kekuatan setan Jin, tidak malah sebaliknya.
Lebih tegas lagi Allah Ta’ala menyatakan dengan firman-Nya:
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ
يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang
mengambilnya jadi pemimpin (beryatawalla) dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah QS:16/100.
Penegasan Allah Ta’ala itu artinya : bahwa hanya kepada sekelompok orang
yang telah mengambil setan Jin sebagai wasilah atau jalan untuk mendekat
(beryatawalla) dan orang-orang yang telah berbuat syirik saja, setan Jin dapat
memperdaya hingga kesadaran mereka dapat dikuasai walau hanya sebentar.
Firman Allah Ta’ala يَتَوَلَّوْنَهُ
. “Yatawalla” artinya berwasilah kepadanya. Apabila hal tersebut
dipraktekkan dalam amal ibadah maka yang dimaksud yatawalla adalah
tawassul. Untuk tujuan inilah orang berthoriqoh bertawassul kepada Rasulullah saw.
melalui tawassul kepada guru mursyidnya. Hal tersebut dilakukan supaya dapat
terjadi hubungan ruhaniyah secara berkesinambungan antara murid dengan gurunya sampai
kepada Rasulullah saw.
Barangkali seperti keadaan inilah apa yang terjadi dalam pelaksanaan
“Ruqyah” tersebut, ketika orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat suci
al-Qur’an al-Karim itu sambil pikirannya menerawang Jin – apakah di dalam
tubuhnya ada jin atau tidak – sambil memaksakan diri untuk berbuat khusu’,
tanpa disadari ternyata justru mereka itu sedang menerapkan pelaksanaan ayat
tersebut yakni bertawasul kepada setan Jin, maka pantas saja, hingga sedemikian
mudahnya orang yang diruqyah itu kesurupan Jin.
Sesungguhnya perbuatan tersebut hakikatnya adalah syirik di dalam amal “asy
Syirku Fil Amali”. Dan itu identik dengan perbuatan Jin yang memang
selalu bersyirik ria dengan manusia sebagaimana yang telah ditegaskan Allah Ta’ala
dengan firman-Nya:
وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَولَادِ
“Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak”. QS:17/64.
Yang pasti, hendaklah manusia selalu waspada dan berhati-hati ketika perbuatannya
nyata-nyata bersingguan dengan dimensi jin, seperti amalan yang mereka katakan
ruqyah tersebut, apabila Allah Ta’ala tidak melindungi hamba-Nya maka pasti tidak
seorangpun dapat selamat dari tipu daya setan jin, dengan hanya satu alasan saja; “Karena jin
dapat melihat manusia, manusia tidak dapat melihat Jin”.
Oleh Muhammad Luthfi Ghozali.
1 komentar:
selama mengobati puluhan (kurang lebih 90-an) pasien selama 2 tahun terakhir hanya 6 pasien yang kesurupan saat diruqyah, sisanya tidak sampai kesurupan hanya muntah atau merasakan ada sesuatu yang keluar dari badan mereka dan setelah itu merasa lebih sehat dan ada yang sehat/ sembuh karena Allah.
Sebenarnya kesurupan tsb bukan dari luar namun jin yang ada dalam tubuh mereka berontak dan melakukan perlawanan . salah satu bentuknya adalah berbicara lewat mulut pasien. Pasien model seperti ini malas sholat, panas ketika berwudhu ato pusing saat mendengar ayatul ruqyah atao ngaji, sakit pada bagian tertentu.
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami