تَنَوَّعَتْ اَجْنَاسُ الأَعْمَالِ
لِتَنَوُّعِ وَارِدَاتِ الأَحْوَالِ, الأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةٌ وَاَرْوَاحُهاَ
وُجُوْدُ سِرِّ الاِخْلَاصِ فِيْهَا
Beraneka
macamnya jenis amal supaya terjadi beraneka macamnya jenis warid yang masuk
(dalam hati), maka beberapa amal adalah yang membentuk keadaan dan ruhnya
adalah adanya ikhlas yang dirahasiakan dalam amal.
Warid
adalah buah wirid. Jika wirid ibarat menanam pohon, maka warid
adalah buah yang bisa dipetik dari pohon tersebut. Seperti orang menanam mangga
misalnya, orang tersebut tidak mungkin dapat menuai buah nanas atau buah yang
lainnya. Bahkan dengan jenis bibit mangga tertentu, sampai kapanpun orang
tersebut akan menuai buah mangga sejenisnya, tidak bisa menuai jenis mangga yang
berbeda. Kalau ada rasa yang berbeda, itu semata karena beda jenis tanah dan
musimnya, tapi jenis buahnya tetap sama. Jika sifat menanam bibit di tanah bumi
seperti itu keadaannya, maka menanam bibit di tanah hati seorang salik juga
demikian.
Dengan wirid jenis amal tertentu,
salik akan mendapatkan jenis warid tertentu pula. Kalau ada hasil warid yang
beda kuwalitas, itu disebabkan karena beda kuwalitas hati dan niat pelakunya. Orang
wirid manaqib misalnya, dia akan mendapatkan warid dari SIRRnya
manaqib, orang wirid maulid akan mendapatkan warid dari SIRRnya maulid,
masing-masing salik akan mendapatkan jenis warid sesuai dengan jenis wirid
yang dilakukan, kalau ada beda kuwalitas warid padahal orang melakukan wirid
yang sama, itu karena beda kuwalitas manusia dan hatinya.
Allah adalah Dzat Yang Maha Esa, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Meskipun demikian, jalan masuk menuju terbukanya pintu wijhah
dalam hati seorang hamba untuk mendapatkan ma’rifatullah
banyak pilihan. Melalui sembilan puluh sembilan nama-nama-Nya, seorang salik mampu
mempergunakannya sebagai landasan wirid guna mendapatkan warid
dari-Nya. Dengan landasan Nama-Nama tersebut, akan menimbulkan nuansa dan rasa
yang khusus di dalam hati pengendaranya. Dengan wirid Ar-Rohman misalnya
salik bisa mendapatkan warid rasa welas kepada manusia dan dengan
Al-Jabbar, salik bisa mendapatkan warid perkasa dalam hatinya.
Hati manusia hanya satu,
berada di dalam rongga yang satu, secara khusus juga hanya mampu menerima warid
yang satu. Namun demikian, yang satu itu boleh dimasuki dengan jenis wirid
dengan banyak pilihan, namun akhirnya warid yang masuk secara khusus hanya
satu, yaitu yang menyatu dengan Yang Satu.
Adapun pilihan amal, bagaikan pilihan kendaraan yang akan dinaiki hati menuju Yang Satu. Tinggal hati memilih amal mana yang dapat bersesuaian dengan kondisi hatinya. Oleh karena itu, shalat, zakat, puasa dan haji adalah bagaikan kendaraan yang dikendarai hati untuk menuju keharibaan-Nya. Memasuki istana-Nya, mendengarkan musik-Nya, makan buah-buahan-Nya, minum arak dan air susu-Nya.
Masing-masing kendaraan
dengan kondisi yang serasi akan menghantarkan hati merasakan kenikmatan hakiki,
manakala perjalanan salik benar-benar sampai (wushul) kepada Yang Satu
secara hakiki. Itulah kenikmatan berinteraksi dan berkomunikasi secara pribadi
dengan Kekasih yang dirindui.
Seorang hamba boleh memilih diantara
kendaraan yang tersedia tersebut, mencicipi secara bergantian untuk menentukan
mana yang paling cocok bagi keadaan hati, asal harus sadar, masing-masing
kendaraan, untuk dapat mengantarkan perjalanan sampai kepada tujuan, haruslah
hanya dengan berlandasan satu, yaitu rahasia keikhlasan hati dalam beramal,
karena kekhususan amal akan membentuk kekhususan warid sedangkan rahasia
keikhlasan hati, adalah ruh yang menghidupkan amal.
Jadi, memilih jalan mengabdi kepada
Allah itu boleh dengan berbagai pilihan, boleh dengan shalat, puasa, haji,
shadaqah, dzikir dan perjuangan serta pengabdian. Jika semua itu dilaksanakan
dengan landasan hati ikhlas, masing-masing kendaraan akan menumbuhkan keyakinan,
meski jenis keyakinan itu bisa berbeda. Keyakinan hati itu menurut istilah sufi
dinamakan khususiyah. Oleh karenanya, setiap hamba yang sholeh atau para
waliyullah pasti mempunyai khususiah yang berbeda dengan yang lainnya.
Jadi, orang berthorioqh hanya boleh mengikuti
satu jalan, mengikuti satu guru Mursyid yang dicocoki hati dan
perasan, tidak boleh mengikuti thoriqoh dan guru mursyid lebih dari satu,
karena dengan thoriqoh lebih dari satu, mustahil salik bisa mendapatkan warid
dari wirid yang dilakukan. Oleh karena yang dituju hanya satu maka
mustahil orang bisa mencapainya dengan jalan lebih dari satu :
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ
لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Sekiranya
ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang
mereka sifatkan. (QS.Al-Anbiya’/22)
Oleh Muhammad Luthfi Ghozali.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami