INDERA LAHIR UNTUK MERASAKAN ALAM LAHIR
INDERA BATIN UNTUK MERASAKAN ALAM BATIH
3. Seorang hamba dengan Ilmu dan Kehendak Allah s.w.t berpotensi melihat
alam gaib.
Ketika Baginda Nabi s.a.w dimi’roj-kan ke langit dengan kawalan malaikat
Jibril, disana Beliau dipertontonkan alam yang masih gaib. Keadaan surga, neraka
dan keadaan-keadaan yang akan menimpa umatnya di dunia yang belum terjadi.
Dengan peristiwa ini menunjukkan bahwa yang dimaksud alam gaib itu bukan alam
Jin atau alam Malaikat dan bahkan alam Ruh (ruhaniah) melainkan alam yang akan datang. Kehidupan Jin dan
Malikat itu sesungguhnya masih berada di alam Syahadah namun berada di dimensi
yang lain dari dimensi dunia.
Surga dan Neraka dikatakan gaib karena keberadaannya setelah hari
kiamat. Mati dikatakan gaib karena datangnya pada waktu yang akan datang. Jadi,
hikmah terbesar yang semestinya bisa dicapai oleh para SALIK atau pengembara
ruhaniah dari perjalanan ruhani yang mereka lakukan untuk berisro’ mi’roj
kepada Allah s.w.t adalah terbukanya hijab-hijab basyariah hingga dengan
matahati atau firasatnya dapat melihat alam gaib atau apa-apa yang akan terjadi
pada dirinya.
Kejadian-kejadian yang terjadi pada masa dahulu dan yang akan datang
dikatakan gaib. Alam barzah dan alam akherat, tentang neraka, tentang shiroth,
semuanya dikatakan gaib karena kejadiannya terjadi pada masa yang akan datang.
Demikian pula sejarah-sejarah para Nabi terdahulu dikatakan gaib, karena
terjadi pada masa lampau. Allah s.w.t telah menyatakan dengan firman-Nya:
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ
إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang kami
wahyukan kepada kamu (Ya Muhammad) padahal kamu tidak hadir beserta mereka” .
(QS. Ali Imran; 3/44)
Tidak ada yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Allah s.w.t. Kalau
ada orang ingin mengetahuinya, maka jalannya hanya satu yaitu dengan mengimani
apa-apa yang sudah disampaikan oleh Wahyu, kemudian ditindaklanjuti dengan amal
ibadah (mujahadah dan riyadhah). Apabila Allah s.w.t menghendaki, maka orang
tersebut akan dibukakan matahatinya atau mendapat futuh dari-Nya. Allah s.w.t
telah mengisyaratkan demikian dengan firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا
يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
“Dan pada sisi Allahlah Kunci-kunci semua yang gaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah”. (QS. al-An’am; 6/59)
Apa yang akan terjadi dalam waktu satu jam mendatang dikatakan gaib.
Karena tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali hanya Allah s.w.t. Kalau ada
seseorang yang mempunyai firasat tajam kemudian dia seakan-akan mengetahui
apa-apa yang akan terjadi, hal itu bisa terjadi, karena dia melihat dengan “Nur
Allah”. Demikianlah yang disebutkan di dalam sabda Rasulullah s.a.w, yang
artinya:”Takutlah kamu akan firasatnya orang-orang yang beriman, karena
sesungguhnya dia melihat dengan Nur Allah”.
Terkadang dengan kekuatan cinta, firasat orang bisa menjadi tajam dan
tembus pandang kepada orang yang dicintai. Seorang ibu misalnya, yang sedang
jauh dengan anaknya, kadang-kadang tanpa sebab, mengalami perasaan yang galau,
ketika dia mencoba menghubungi anaknya, ternyata anaknya sedang sakit. Itu terbukti
bahwa kekuatan cinta mampu menembus beberapa lapisan dimensi yang terjaga. Kalau
kekuatan cinta antara sesama makhluk saja—bahkan kadang terjadi dalam kondisi
yang masih haram misalnya, mampu menjadikan tajamnya firasat, apalagi cinta
seorang hamba terhadap Tuhannya.
Seorang hamba yang selalu bertafakkur, memikirkan Kekuasaan dan
Kebesaran Allah s.w.t hal tersebut semata-mata terbit dari dorongan rasa cinta
dan rindu, maka hatinya akan menjadi bersih dari kotoran-kotoran yang menempel,
bersih dari hijab-hijab yang menutupi dinding penyekat alam batinnya sehingga matahatinya
menjadi cemerlang dan tembus pandang. Demikian itu telah ditegaskan Allah s.w.t
dengan firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang bermujahadah di jalan Kami, benar-benar akan Kami
tunjuki kepada mereka jalan-jalan Kami”. (QS. al-Ankabut; 29/69)
Apa saja yang terjadi di waktu yang akan datang, dari urusan rizki,
urusan jodoh, urusan mati dan sebagainya, baik penderitaan ataupun kebahagiaan,
yang terjadi di dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akherat, semua itu
dikatakan hal yang gaib, karena tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya
Allah. Adapun Jin dan Malaikat dan bahkan Ruh atau ruhaniah tidaklah termasuk
dari golongan Alam Gaib dalam arti yang disebut Metafisika melainkan dari
golongan Alam Syahadah atau yang disebut Alam Fisika, hanya saja fisiknya
berbeda dengan fisik manusia. Bau harum misalnya, meski tidak tampak fisiknya, bebauan
itu tidak termasuk Alam Gaib tapi Alam Syahadah, atau alam yang bisa dirasakan,
hanya saja untuk merasakannya membutuhkan alat, dan alat itu ialah indera
penciuman.
Seandainya ada orang yang tidak mempunyai indera penciuman atau indera
penciumannya sedang rusak misalnya. Ketika di suatu tempat orang lain dapat mencium
bau harum sedangkan orang tersebut tidak, hal itu bukan disebabkan karena bau
harum itu tidak ada, tapi karena indera penciuman orang tersebut sedang tidak
berfungsi. Demikian juga terhadap suara, akan tetapi untuk merasakan suara
membutuhkan alat yang berbeda. Kalau merasakan bebauan dengan alat hidung, maka
merasakan suara dengan alat telinga. Orang tidak bisa merasakan bau harum
dengan telinga dan suara dengan hidung, masing-masing harus dirasakan dengan
alat yang sudah dipersiapkan Allah s.w.t menurut kebutuhannya. Seperti itu
pulalah keadaan yang ada pada dimensi yang lain, dimensi jin, dimensi malaikat
dan bahkan dimensi ruhaniah, untuk merasakan keberadaan dimensi makhluk halus
itu bukan dengan indera lahir yang sebut bashoroh melainkan dengan indera batin
yang disebut bashiroh.(bersambung)
Oleh Muhammad Luthfi Ghozali
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami