Setiap
orang beriman pasti percaya bahwa Allah adalah Dzat yang Mengabulkan
do’a-do’a hambaNya. Itu mereka yakini dari firman-Nya:
Seandainya mereka benar-benar beriman dan yakin bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui keadaan mereka yang saat itu sedang susah dan membutuhkan pertolongan, maka upaya penyelesaian dengan mendatangi dukun dan paranormal itu pasti tidak akan mereka lakukan. Ilmu pengetahuan dan iman ternyata tidak mampu menjawab kebutuhan hidup yang sedang mendesak itu. Hati mereka tidak yakin bahwa do’anya akan mendapatkan ijabah dari-Nya hingga masalah yang sedang dihadapi mendapatkan jalan keluar yang benar. Apabila hal tersebut dilakukan, berarti itu menunjukkan dalam hati itu masih ada penyakit syirik yang tersembunyi.
Jika hati orang-orang beriman bersih dari syirik, maka jiwa suci mereka pasti dekat dengan rahasia sistem distribusi perbendaharaan rahmat Allah sehingga matahati mereka dapat bertatap muka secara ruhaniah dan indera batin mereka dapat berkomunikasi setiap saat dengan Dzat yang mereka imani. Itulah hati para hamba Allah yang sholeh. Setiap saat mereka dapat berjumpa dan berdialog dengan Tuhannya melalui munajat yang disampaikan pada setiap pagi dan petang.
Dengan kedekatan hubungan secara ruhaniah itu, maka do’a-do’a mereka selalu mendapatkan ijabah. Tanda-tandanya, mereka tidak pernah merasa takut dan kuatir dalam segala kesulitan hidup. Hal itu tergambar dari air muka yang jernih dan damai, yang memancar dari raut wajah mereka. Itu bisa terjadi, karena dalam rongga dada mereka ada jalinan mesra secara berkesinambunag antara amal yang dilakukan dengan janji-janji Allah yang tidak pernah teringkari. Allah menyatakan keberadaan mereka itu dengan firmanNya:
Adapun pertemuan yang dijanjikan itu, sesungguhnya itu adalah potensi yang disediakan sejak zaman azali. Sebagai sunnahtullah yang tidak akan terjadi perubahan untuk selama-lamanya. Diturunkan kepada seorang hamba di dunia sebagai balasan amal ibadah dan pengabdian yang dilakukan dengan benar. Menjadi tanda-tanda bahwa amal ibadah itu diterima di sisiNya. Sebagai buah ibadah yang dapat dipetik dan dimakan setiap saat ketika para pengembara itu sedang kehausan di tengah perjalanan panjang. Potensi interaksi dua dzikir itu dinyatakan Allah SWT. dengan firmanNya:
sumber : ponpesalfithrahgp.wordpress.com
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”.
(QS.al-Mu’min(40)60)
Mereka juga percaya bahwa seorang hamba berpotensi dapat melaksanakan interaksi dua dzikir kepada-Nya sebagaimana yang mereka yakini dari firman-Nya:
(QS.al-Mu’min(40)60)
Mereka juga percaya bahwa seorang hamba berpotensi dapat melaksanakan interaksi dua dzikir kepada-Nya sebagaimana yang mereka yakini dari firman-Nya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) –Ku”.
(QS.al-Baqoroh(2)152)
(QS.al-Baqoroh(2)152)
Namun
yang ada dalam kenyataan tidak demikian. Yang banyak terjadi, justru
sebagian dari orang-orang yang sudah melaksanakan sholat dan puasa itu
tidak mampu begitu saja mempercayai do’a mereka sendiri. Mereka tidak
kuat hati untuk menyerahkan persoalan kehidupan hanya kepada Tuhan yang
mereka sembah setiap hari. Terbukti, dalam mencari penyelesaian dan
jalan keluar dari masalah hidup yang sedang mereka hadapi, seringkali
mereka tidak percaya diri hingga terpaksa harus mendatangi dukun-dukun
dan paranormal untuk mencari bantuan dalam menyelesaikan romantika
kehidupan yang mereka hadapi. Fenomena membuktikan hal itu, sehingga
dunia perdukunan dan paranormal akhir-akhir ini marak menjadi ajang
bisnis yang menjanjikan.
Seandainya mereka benar-benar beriman dan yakin bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui keadaan mereka yang saat itu sedang susah dan membutuhkan pertolongan, maka upaya penyelesaian dengan mendatangi dukun dan paranormal itu pasti tidak akan mereka lakukan. Ilmu pengetahuan dan iman ternyata tidak mampu menjawab kebutuhan hidup yang sedang mendesak itu. Hati mereka tidak yakin bahwa do’anya akan mendapatkan ijabah dari-Nya hingga masalah yang sedang dihadapi mendapatkan jalan keluar yang benar. Apabila hal tersebut dilakukan, berarti itu menunjukkan dalam hati itu masih ada penyakit syirik yang tersembunyi.
Jika hati orang-orang beriman bersih dari syirik, maka jiwa suci mereka pasti dekat dengan rahasia sistem distribusi perbendaharaan rahmat Allah sehingga matahati mereka dapat bertatap muka secara ruhaniah dan indera batin mereka dapat berkomunikasi setiap saat dengan Dzat yang mereka imani. Itulah hati para hamba Allah yang sholeh. Setiap saat mereka dapat berjumpa dan berdialog dengan Tuhannya melalui munajat yang disampaikan pada setiap pagi dan petang.
Dengan kedekatan hubungan secara ruhaniah itu, maka do’a-do’a mereka selalu mendapatkan ijabah. Tanda-tandanya, mereka tidak pernah merasa takut dan kuatir dalam segala kesulitan hidup. Hal itu tergambar dari air muka yang jernih dan damai, yang memancar dari raut wajah mereka. Itu bisa terjadi, karena dalam rongga dada mereka ada jalinan mesra secara berkesinambunag antara amal yang dilakukan dengan janji-janji Allah yang tidak pernah teringkari. Allah menyatakan keberadaan mereka itu dengan firmanNya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati”.(QS.al-Baqoroh(2)277).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (62) (Yaitu) orang-orang
yang beriman dan mereka selalu bertakwa (63) Bagi mereka berita gembira
di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada
perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu
adalah kemenangan yang besar”(64) (QS.Yunus(10)62-64)
Siapapun
orang beriman dan bertakwa tanpa kecuali, sesungguhnya mampu malakukan
hal seperti itu. Berjumpa dan berkomunikasi dengan Allah Ta’ala pada
setiap munajat yang mereka lakukan. Menikmanti lezatnya makanan
spiritual, mencicipi manisnya arak surga yang dicurahkan di dunia.
Kenikmatan ruhaniah yang terkadang bisa menjadikan para pengembara di
jalan Allah mabuk kepayang di tengah perjalanan.
Setiap
hamba Allah yang beriman pasti berpotensi menikmati kelezatan makanan
spiritual yang dapat dirasakan setiap saat, baik disaat sedang sholat
ataupun berdzikir, bahkan sekalipun mereka sedang sibuk dengan urusan
dagang di pasar dan bekerja di kantor. Itu bisa terjadi, asal dalam
pengabdian hidup yang mereka lakukan, baik secara fertikal maupun
horizontal, mereka sanggup membersihkan rongga dada mereka dari segala
penyakit manusiawi yang tidak terpuji dan dari setiap anasir virus
syirik yang paling tersembunyi. Dengan itu matahati mereka menjadi
cemerlang dan tembus pandang, sehingga indera batin itu hanya memelototi
rahasia urusan takdir Ilahi yang azaliah meski akal dan pikiran mereka
saat itu sedang sibuk dengan urusan duniawi. Itulah kenikmatan hakiki
yang hanya bisa dicicipi oleh hati yang suci dan bersih dari segala
karakter duniawi yang tidak terpuji.
Adapun pertemuan yang dijanjikan itu, sesungguhnya itu adalah potensi yang disediakan sejak zaman azali. Sebagai sunnahtullah yang tidak akan terjadi perubahan untuk selama-lamanya. Diturunkan kepada seorang hamba di dunia sebagai balasan amal ibadah dan pengabdian yang dilakukan dengan benar. Menjadi tanda-tanda bahwa amal ibadah itu diterima di sisiNya. Sebagai buah ibadah yang dapat dipetik dan dimakan setiap saat ketika para pengembara itu sedang kehausan di tengah perjalanan panjang. Potensi interaksi dua dzikir itu dinyatakan Allah SWT. dengan firmanNya:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya”.(QS.al-Kahfi(18)110)
Meskipun
Ijabah itu merupakan hak mutlah Allah Taala, namun demikian, yang
dimaksud dengan istilah ijabah itu sesungguhnya merupakan sistem yang
sudah ditetapkan Allah sejak zaman azali, yakni rahasia urusan takdir
Allah yang tercipta antara huruf KAF dan huruf NUN dari kalimat KUN
FAYAKUN, barangsiapa mampu memasuki sistem tersebut dengan cara yang
benar maka mereka pasti akan mendapatkan Ijabah dari-Nya. Seperti orang
memasuki situs di internet, untuk men-download progam yang ada di server
yang tersedia guna meningkatkan kinerja computernya, maka siapa saja
bisa melakuannya asal mempunyai dan menguasai tehnologinya serta
mengetahui password-nya.
Adapun
urusan rahasia huruf KAF dan NUN tersebut berada di dalam setiap hati
yang selamat dari hati hamba-hamba Allah yang sholeh yang setiap saat
dikehendaki untuk hadir di haribaan-Nya, mereka itu adalah para kekasih
yang dikasihi, dengan izin-Nya setiap berdo'a untuk umatnya selalu
mendapat ijabah dari-Nya, karena doa-doa tersebut mampu dipancarkan dari
hati yang sudah dipenuhi dengan rahmat Allah, hati yang rahmatan lil
alamiin, Allahu A'lam.
(malfiali, 2011)
(malfiali, 2011)
sumber : ponpesalfithrahgp.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami