Ada sebuah ungkapan Ulama menyatakan, “Siapa beramal tanpa guru maka
gurunya setan” . Barangkali ungkapan tersebut yang paling pas untuk menjawab
fenomena Ruqyah yang beberapa tahun silam marak dilakukan sekelompok orang yang
hanya memahami ilmunya tapi kurang memafahami prakteknya. Mereka melaksanakan
amalan ruqyah tersebut secara bid’ah dalam arti ngarang sendiri padahal sebelum
itu belum pernah ada orang yang melakukannya, sekarang malah diikuti oleh orang-orang
yang memanfaatkan ketenaran ruqyah tersebut untuk kepentingan bisnis pribadi,
pengobatan gratis katanya.
Firman Allah SWT. Surat al-A’rof ayat 201:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ
طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari
setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya (QS:7/201)
Yang dimaksud “Thooifum minasy-Syaithon” atau was-was dari setan,
adalah godaan setan kepada orang yang suka beramal atas dasar bartakwallah yang
bentuk wujudnya terkadang berupa bisikan diluar bisikan manusia itu sendiri,
bahkan bisikan tersebut terkadang lebih dominan dari bisikan hatinya sendiri.
Contoh misal: Ada orang melihat orang di hadapannya dalam pandangan
kasat mata adalah orang baik-baik, baik pekerjaan maupun ucapan, tetapi dalam perasaannya
ada bisikan mengatakan sebaliknya, orang tersebut dikatakan jahat. Terkadang sebaliknya,
ketika melihat buruk, bisikan itu malah
mengatakan baik. Akibatnya, orang tersebut menjadi bingung dengan bisikan hatinya sendiri, karena
akalnya mengatakan begini sedang batinnya mengatakan lain. Ketika bisikan
tersebut semakin lama jadi semakin membingungkan, akhirnya ia menjadi lupa
diri. Klimaksnya, orang tersebut menjadi gila.
Indikasi orang yang terkena godaan jin semacam ini, orang yang asalnya
periang mendadak jadi pendiam. Menjadi tidak suka bicara dan bergaul dengan
orang lain, sehari-hari pekerjaannya hanya mengurung diri di dalam kamar dan terkadang
berbicara sendirian, tidak banyak suka dengan perbuatan orang lain karena
menurutnya perbuatan tersebut salah. Merasa hanya dirinya sendiri yang benar,
mengaku pernah didatangi ruh para waliyullah dan bahkan mendapat ilmu langsung
dari para Wali dan para Nabi. Para Wali dan Para Nabi itu katanya datang
sendiri ke kamarnya, dan bahkan ada yang mengaku bertemu langsung dengan Allah Ta’ala,
mendapat wahyu sebagaimana para Nabi as. Namun ketika penyakit itu sudah
semakin parah, dia malah meninggalkan seluruh pemilikannya bahkan keluarganya
yang dahulu sangat dicintai alias menjadi gila.
Banyak kejadian seperti ini kita temui di masyarakat, dan kebanyakan orang
yang terkena penyakit seperti itu justru orang yang suka beribadah dan ahli
mujahadah. Mengapa bisa demikian..?, karena ibadah dan mujahadah yang ditekuni
itu tanpa mendapat bimbingan dari seorang guru ahlinya, yakni para guru mursyid
yang ahli membimbing ruhani para murid-muridnya. Akibat dari perbauatn
tersebut, maka ibadah dan mujahadah tersebut hanya dilakukan atas dasar dorongan
kemauan emosional dan rasional saja dan gersang dari pancaran spiritual.
Kongkritnya kejadian, ketika dorongan emosionalitas seseorang telah mendesak
wilayah rasionalitas hingga pertahanan rasionalitas menjadi lemah dan keadaan orang
tersebut menjadi antara sadar dan tidak sadar, saat seperti itulah yang sangat
ditunggu-tunggu oleh sekawanan setan Jin untuk memasukkan sulthon (tehnologi)
nya di dalam wilayah kesadaran manusia. Dengan tehnologi tersebut setan jin
dapat meremot atau memancarkan perintahnya kepada mangsanya dari jarak jauh.
Adapun orang bartakwa yang dimaksud ayat di atas adalah orang yang suka
berdzikir kepada Allah, boleh dengan sholat, dengan membaca kalimah thoyyibah, dengan
membaca ayat-ayat suci al-Qur’an al-Karim, namun tujuannya supaya menjadi orang
yang lebih baik dalam arti sadar, mengenal dirinya dan mengenal tuhannya. Tidak
malah sebaliknya, seperti pelaksanaan ruqyah tersebut, yaitu orang yang asalnya
sadar dan sehat malah jadi kesurupan jin, hilang ingatan atau gila walau
sebentar, bahkan muntah-muntah dan kencing di tempat. Mengapa amalan yang
mengerikan seperti itu dikatakan ruqyah dalam arti mengobati orang sakit…????
Seharusnya ruqyah itu dilakukan untuk membebaskan orang dari kesurupan
jin, atau menyembuhkan orang yang jiwanya tidak sehat menjadi sehat kembali,
bukan sebaliknya. Ruqyah bukan untuk menjadikan orang kesurupan jin yang bisa
berakibat orang sakit lahir batin dan bahkan gila secara permanen.
Oleh Muhammad Luthfi Ghozali
2 komentar:
makasih masukannya
Gimana caranya orang bisa gila permanen menggunakan ruqyah....!
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami