Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada
istrinya, lalu sperma itu berlomba-lomba mendatangi panggilan indung telur
melalui signyal kimiawi yang dipancarkan oleh indung telur, sejak itu tanpa disadari
oleh calaon kedua orang tua tersebut, sungguh setan jin sudah berusaha mengadakan
penyerangan kepada calon anaknya itu. Hal tersebut dilakukan oleh jin dalam
rangka membangun pondasi di dalam janin yang masih sangat lemah itu, supaya
kelak di saat janin tersebut menjadi anak dewasa dan kuat, setan jin tetap
dapat menguasai target sasarannya itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw.
telah mengajarkan kepada umatnya tata cara untuk menangkal serangan yang sangat
membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan dalam sabda Beliau saw.:
حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّ
أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ
أَبَدًا *
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata:
Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila seseorang diantara kamu ingin
bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ
وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah
setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Sekiranya hubungan aantara
suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak. Anak itu tidak akan diganggu
oleh setan untuk selamanya
· Riwayat Bukhari di dalam Kitab
Nikah hadits nomor 4767.
· Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591.
· Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012.
· Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.
· Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591.
· Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012.
· Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.
Disaat anak manusia sedang melakukan bagian
kehidupan duniawi yang paling nikmat, mereka tidak boleh lupa diri, tidak boleh
lupa kepada Allah Ta’ala. Kebahagiaan hidup itu harus dimulai dengan berdzikir
menyebut asma-Nya dan membaca do’a. Hal itu harus dilakukan, supaya kebutuhan
biologis manusiawi tersebut dinilai sebagai amal ibadah. Ketika perbuatan yang
sering menjadikan manusia lupa diri itu menjadi amal ibadah, disamping mereka
mendapatkan pahala besar, juga apa saja yang ditimbulkan darinya akan menjadi
buah ibadah pula. Oleh karena ibadah berarti menolong di jalan Allah, maka
Allah Ta’ala akan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman
itu. Allah Ta’ala menyatakan hal tersebut dengan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا
اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ – محمد:47/7
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS:47/7.
Dengan sebab pertolongan Ilahiyah tersebut, sejak
saat itu juga calon anak manusia itu akan mendapatkan perlindungan dari-Nya.
Janin yang masih sangat lemah itu dimasukkan dalam benteng perlindungan-Nya
yang kokoh sehingga setan jin tidak mampu lagi mengganggu untuk selama-lamanya.
Allah Ta’ala telah menyatakan pula dengan firman-Nya:
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ – الحجر:15/42
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan
bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu
orang-orang yang sesat. QS:15/42.
Adakah kasih sayang yang melebihi kasih sayang
Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, dan kasih sayang Rasulullah saw. kepada umatnya?
Betapa indahnya ajaran Islam ini kalau kita mau benar-benar mendalaminya. Betapa seandainya tidak ada kasih sayang itu.
Seandainya kita tidak diajarkan oleh Rasulullah saw. usaha tandingan untuk
menangkal bahaya besar yang tidak banyak disadarai oleh manusia itu, adakah
kira-kira manusia dapat selamat dari ancaman setan jin yang sangat mengerikan
itu? Sementara sepasang anak manusia sedang asyik-asyiknya dalam keadaan lupa
diri, ternyata setan jin telah menyiapkan jurus-jurus ampuh untuk melumpuhkan target sasarannya. Jika seandainya
tidak ada penangkal tersebut barangkali dapat dipastikan tidak ada seorang
manusiapun mampu menyelamatkan diri dari serangan jin yang mematikan itu.
Allah Taala menegaskan hal itu dengan firman-Nya:
Allah Taala menegaskan hal itu dengan firman-Nya:
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS.An-Nisa’/83)
Buah ibadah yang dilakukan oleh seorang laki-laki
sebelum mendatangi istrinya itu disebut “Nismatul ‘ubudiyah” sedangkan
kehidupan yang mendiami janin di dalam rahim seorang ibu itu disebut “Nismatul
adamiyah”. Selama keberadaan nismatul adamiyah didampingi nismatul
‘ubudiyah, sampai kapanpun anak manusia tetap mendapatkan perlindungan
Allah Ta’ala. Dengan perlindungan itu setan jin tidak mempunyai kekuatan untuk
menguasainya, kecuali manusia tersebut terlebih dahulu merusak sistem
perlindungan itu dengan berbuat maksiat dan dosa. Akibat dosa-dosa yang
dilakukan itu dengan sendirinya nismatul ‘ubudiyah akan meninggalkan nismatul
adamiyah, sehingga terbuka peluang bagi setan jin untuk menguasai manusia.
Ketika persetubuhan itu tidak dilandasi dengan
nuansa ibadah, tidak diniati dengan niat yang baik, hanya memperturutkan
dorongan hawa nafsu belaka, terlebih lagi dilakukan dalam kondisi masih haram,
sehingga sejak proses awal kejadian anak manusia itu tidak mendapatkan nismatul
‘ubudiyah, tidak mendapatkan sistem penjagaan malaikat untuk melindungi
jalan hidupnya, maka sejak masih berbentuk janin itu, anak manusia tersebut
sudah terkontaminasi anasir jin. Akibatnya, sejak itu pula menjadi sangat
rentan mendapatkan gangguan setan jin, baik jasmani maupun ruhaninya.
Jasmaninya dalam arti berpotensi mendapatkan berbagai macam penyakit yang
penyebabnya datang dari dimensi alam jin dan ruhaninya dalam arti baik
kesadaran maupun karakternya rentan mendapatkan gangguan jin. Dengan demikian
itu berarti, bagian kehidupan anak manusia tersebut telah tergadai di dalam
kekuasaan setan jin sehingga kapan saja jin dapat melaksanakan niat jahatnya.
Allah Ta’ala telah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ –
المدثر:74/38
Tiap-tiap jiwa dengan apa yang telah diperbuatnya
akan tergadai. QS:74/83.
Akibat dari kesalahan orang tua yang manusiawi tersebut,
tanpa sengaja jiwa anaknya seakan sudah tergadaikan kepada setan jin, maka orang
tua itu harus menebus anaknya guna membebaskannya dari ancaman setan jin yang
setiap saat bisa menerkam. Namun berkat rahmat-Nya yang Agung, Allah Ta’ala
masih memberikan kesempatan kepada setiap orang tua untuk menebus jiwa anaknya
tersebut dengan melaksanakan sunnah Rasulullah saw yang disebut Aqiqoh.
Sebagaimana pelaksanaan ibadah qurban – laki-laki
dengan dua ekor kambing dan perempuan dengan satu ekor kambing – Aqiqoh juga
demikian. Rasulullah saw. sebagai seorang Rasul yang “Ma’shum” atau yang
sudah mendapat jaminan keselamatan dan penjagaan dari akibat kesalahan-kesalahan
dan dosa-dosa, Beliau melaksanakan Aqiqoh untuk putra-putrinya selang tujuh
hari setelah hari kelahirannya. Hal itu berarti mengandung pelajaran bagi
umatnya tentang demikian besarnya hikmah Aqiqoh tersebut.
Jika diambil arti secara filosofis, tujuan aqiqoh
juga seperti tujuan ibadah qurban, dalam arti melaksanakan tebusan atau yang
disebut dengan Fida’. Maksudnya, yang mestinya Nabi Ismail as. mati kerena Nabi
Ibrahim as. mendapatkan perintah untuk menyembelihnya, namun kematian itu tidak
jadi dan ditebus oleh Allah Ta’ala dengan kematian seekor binatang qurban, maka
sejak saat itu, setiap hari Raya Qurban kaum muslimin disunnahkan melaksanakan ibadah
qurban dengan menyembelih binatang qurban. Seperti itu pula tujuan aqiqoh yang
dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Yakni melaksanakan penebusan
barangkali kedua orang tua tersebut di saat melaksanakan kuwajiban nafkah badan
ada kehilafan.
Oleh karenanya, hendaknya umat Islam melaksanakan
aqiqoh untuk anak-anaknya dengan sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan ikhlas
semata-mata karena Allah Ta’ala. Aqiqoh boleh dilaksanakan bersamaan
pelaksanaan hajad-hajad yang lain, karena daging aqiqoh tersebut dianjurkan
dibagikan dalam keadaan matang. Boleh untuk walimatul ‘ursy, atau walimatul
khitan misalnya, asal dalam pelaksanaan itu tidak dicampuri dengan
niat-niat yang tidak terpuji. Aqiqoh tidak boleh dibarengi dengan niat-niat
yang dapat membatalkan pahala ibadah, seperti berbuat bangga-banggaan, riya’, pamer, atau
perbuatan yang sifatnya mubadzdzir menurut hukum agama islam, seperti pesta
pora resepsi perkawinan yang sifatnya hanya untuk menunjukkan status dan
kehormatan duniawi, hanya untuk pamer kesombongan dan bangga-banggaan. Hal itu harus
dilakukan supaya aqiqoh yang dilaksanakan benar-benar mencapai target sasaran.
Menjadikan kafarot atau peleburan bagi dosa-dosa dan kesalahan yang telah
terlanjur dilakukan oleh kedua orang tua.
Jadi, salah satu hikmah aqiqoh disamping diniatkan
untuk melaksanakan sunnah Rasul saw, juga dapat dijadikan media bagi usaha
penyembuhan terhadap orang yang jiwanya terlanjur tergadaikan kepada setan jin
sehingga badannya dihinggapi berbagai macam penyakit jin. Aqiqoh yang
dilakukan itu bukan dalam arti kambing yang disembelih dipersembahkan kepada
jin hingga hukumnya menjadi syirik, sebagaimana yang disangkah oleh orang yang
tidak memahami ilmunya, melainkan dilakukan semata-mata melaksanakan syari’at
agama. Dengan asumsi, bahwa ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba bukan
untuk kepentingan Allah Ta’ala, tetapi pasti ada kemanfaatan bagi orang yang
malakukan, karena secara sunatullah, Allah Ta’ala sudah menetapkan bahwa setiap
amal kebajikan pasti dapat menghilangkan kejelekan, asal kebajikan tersebut
dilaksanakan semata-mata melaksanakan perintah-Nya. Allah Ta’ala telah
menegaskan dengan firman-Nya:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ
ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ – هود:11/114
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”. QS:11/114.
Oleh Muhammad Luthfi
Ghozali
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami