Dalam rangka mengenali rahasia ilmu laduni, di ayat lain Allah SWT. menyatakan sifatnya dengan lebih detail. Allah berfirman :
لَا
تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ
وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (18) ثُمَّ
إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19) كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20)
وَتَذَرُونَ الْآَخِرَةَ
"Jangan
kamu menggerakkan dengan Al-Qur'an kepada lidahmu untuk mempercepat
dengannya. Sungguh atas tanggungan Kami penyampaian secara globalnya
dan pembacaannya. Maka apabila Kami telah membacakannya maka ikutilah
bacaannya. Kemudian sungguh atas tanggungan Kami pula penyampaian
secara perinciannya. Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu
(hai manusia) mencintai dunia. Dan meninggalkan kehidupan akhirat". QS.
al-Qiyamah.75/ 16-21.
Juga diriwayatkan dari Sa’id bin Jabir, dari Ibnu ‘Abbas ra. berkata:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم . إِذَا نَزَلَ عَلَيْهِ القُرْآنَ
يُحَرِّكُ بِهِ لِسَانُه ُيُرِيْدُ أَنْ يَحْفَظَهُ ، فَأَنْزَلَ اللهُ
تَبَاَرَكَ وَتَعَالَى : " لَاتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
".رواه الترمذى
Adalah
Rasulullah saw. ketika ِAllah menurunkan Al-Qur’an kepadanya, beliau
menggerakkan lesannya untuk menghafalkannya, maka Allah menurunkan ayat:
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an hendak
cepat-cepat menguasainya”. HR Tirmidzi.
Melalui ayat diatas (QS.al-Qiyamah.75/16-21) kita dapat mengambil beberapa pelajaran :
1).
Dalam rangka mempelajari dan memahami ayat-ayat Al-Qur'an, orang
dilarang menggerakkan lesannya untuk mengikuti bacaan yang didengar,
karena ingin cepat memaham dan menghafalkan ayat yang didengar itu. Bagi
seorang murid tidak boleh “mbarengi” bacaan gurunya, tetapi harus
membaca dibelakang bacaan gurunya.
Diriwayatkan
oleh Ibnu ‘Abbas ra.: "Bahwa Rasulullah saw. saat malaikat Jibril
menyampaikan wahyu kepadanya, setelah ayat ini diturunkan, beliau diam
dan mendengarkan dan apabila Jibril pergi beliau baru membacanya". HR.
Bukhori. (Tafsir Fahrur Rozi.15/22)
Ditegaskan pula di dalam firman-Nya yang lain:
وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآَنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Janganlah
kamu tergesa-gesa dengan Al-Qur’an sebelum selesai mewahyukannya
kepadamu. Dan katakanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan” QS. 20/114.
Mendengarkan
dan Diam, berarti me-Non Aktifkan potensi akal dan nafsu, ternyata
merupakan tombol untuk meng-Aktifkan potensi hati. Sebab, selama potensi
akal dan nafsu masih aktif maka potensi hati akan tertutup rapat dari
sumber inspirasi ilahiyah. Itu manakala diam tersebut dalam arti
menyandarkan pertolongan dan hidayah hanya kepada Allah, karena "Allah
yang menurunkan Al-Qur'an dan Allah pula yang akan menjaganya". (15/9)
Allah menegaskan lagi di dalam firman-Nya :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan
apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat ". QS.al-A’raaf.
7/204.
2).
Firman Allah SWT.
إِنَّ عَلَيْنَا جمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (17)
"Inna
‘alainaa jam'ahuu wa qur'aanah", (sungguh atas tanggunganku penyampaian
secara global dan proses membacannya).
Dikatakan: Secara globalnya di
dadamu kemudian bacalah. Dan apabila dibacakan, maka ikutilah bacaannya.
Lafad
"Inna ‘alainaa" mengandung arti wajib. Sebagian Ulama' ahli tafsir
mengartikan: seakan-akan Allah Ta’ala mewajibkan diri-Nya sendiri untuk
melaksanakan janji-Nya. Dengan kata lain, ketika sebab-sebab telah
tersusun dengan baik dan benar maka ilmu laduni akan diturunkan.
Selanjutnya,
Ketika “perincian” dari yang global itu sudah waktunya dibacakan, yakni
melalui proses romantika kehidupan, maka orang yang telah mendapat
global itu harus mengikuti bacaan tersebut. Dalam arti menghadapi setiap
tantangan dan menindaklajutinya dengan amal bakti, supaya ayat-ayat
yang tersurat di dalam memori akal dapat dipadukan dengan ayat-ayat yang
tersirat yang terbaca dalam realita, maka terjadilah arus pikir
(tafakkur), lalu dengan hidayah dan petunjuk Allah Ta’ala seorang hamba
akan menemukan mutiara hikmah di balik setiap kejadian dan fenomena.
Pengalaman
ruhaniah adalah merupakan ilmu-ilmu spiritual (rasa) yang tidak hanya
mampu menjadikan orang pintar tapi juga cerdas. Ilmu yang menjadikan
hati seorang hamba yakin kepada yang sudah diketahui karena setiap
keraguan hatinya telah mampu terusir.
Allah
SWT. berjanji akan menolong hamba-Nya dengan membacakan perincian ilmu
laduni itu, langsung dibisikkan di dalam hatinya, dalam bentuk
teori-teori ilmiyah dan konsep-konsep tentang filosofi kehidupan,
sebagai petunjuk dan bimbingan untuk menyelesaikan masalah di depan
mata.
Adapun
konsep-konsep tersebut berupa pemahaman hati yang tergali baik dari
makna ayat Al-Qur’an al-Karim maupun hadits Rasulullah saw. Dengan yang
demikian itu, maka ilmu orang yang mendapatkan ilmu laduni itu menjadi
bagaikan pohon yang baik yang akarnya menunjang di tanah dan cabangnya
menjulang di langit dan dengan izin Tuhannya buahnya dapat dimakan
setiap saat.
3). Firman Allah SWT.:
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20) وَتَذَرُونَ الْآَخِرَة
"Sekali-kali
janganlah demikian, Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai yang kontan. Dan meninggalkan yang akhir ". QS. al-Qiyamah. 75/20-21.
Lafad
“Al-‘Aajilata” artinya kontan/instan, yang dimaksud adalah kehidupan
duniawi. Artinya, hati orang yang mencari ilmu laduni itu tidak boleh
ada kecenderungan kepada kehidupan duniawi, meski dalam arti ingin
mempunyai "ilmu laduni". Mereka itu harus mampu menyandarkan segala amal
ibadah semata-mata hanya mengharap ridho Ilahi Rabbi. Allahu A'lam.
Mencari Ilmu Laduni Part 1-3
ILMU LADUNI
Buah Ibadah dan Tawasul
Karya : Mukammad Lutfhi Ghozali
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar, pesan, kritik atau saran untuk kami